Kabarkita.net – Selama berabad-abad, manusia telah terpesona oleh berbagai fenomena misterius yang belum sepenuhnya bisa dijelaskan oleh sains. Salah satu yang paling aneh dan mengejutkan adalah klaim bahwa tubuh manusia bisa menghasilkan api secara spontan. Fenomena ini disebut sebagai Spontaneous Human Combustion (SHC), atau dalam bahasa Indonesia: pembakaran manusia secara spontan.
Fenomena SHC pertama kali didokumentasikan pada abad ke-17. Salah satu kasus paling awal dan terkenal adalah yang terjadi pada tahun 1663 di Milan, Italia. Dalam kasus tersebut, seorang wanita ditemukan hangus terbakar, namun tempat tidur dan barang-barang di sekitarnya hampir tidak mengalami kerusakan.
Kemudian beberapa kasus lain juga tidak kalah hebohnya. Seperti kematian Cornelia Zangheri pada tahun 1731 di Italia. Cornelia ditemukan tewas dalam keadaan tubuh hangus terbakar juga, hanya kepala dan kaki saja yang tersisa. Sedangkan lilin yang berada di dekat tubuhnya tidak meleleh.
Di tahun 1955 juga pernah terjadi kejadian serupa, yakni menimpa Mary Reeser, warga Amerika Serikat. Ia ditemukan dalam kondisi seluruh tubuh hangus terbakar dalam posisi duduk di atas kursi. Yang anehnya, kursi tersebut dan ruangannya tidak ada sedikit pun yang terbakar.
Kasus api keluar dari tubuh manusia pernah juga dialami oleh seorang warga Inggris di tahun 1986. Orang tersebut bernama Jeannie Saffin. Namun berbeda dengan tiga kasus diatas, Jeannie tidak meninggal dunia. Namun, ia sempat merasakan dan melihat api muncul dari tubuhnya. Sampai ia harus dilarikan kerumah sakit karena beberapa bagian tubuhnya melepuh akibat terkena api yang datang dari dalam tubuhnya sendiri.
Teori Kenapa SHC Bisa Terjadi
Sulit dipercaya jika SHC bisa terjadi, apalagi 70-80 persen tubuh manusia terdiri dari air. Secara logika, sesuatu yang dominan air akan sulit terbakar, kecuali ada factor eksternal. Selain itu, tubuh manusia mengandung lemak, protein, karbohidrat dan sejumlah kecil unsur logam.
Teori Wick Effect (Effect Sumbu) mendekati logika dan diterima secara ilmiah. Dimana tubuh manusia bertindak seperti lilin (kulit dan pakaian), sedangkan lemak di dalam tubuh berfungsi sebagai bahan bakar. Namun, pemicu api tetap berasal dari luar.
Dimana proses pembakaran diawali dari lemak di bawa kulit mencair karena panas, lalu meresap ke pakaian seperti minyak pada sumbu lilin. Kemudian ada penyebab munculnya api dari luar tubuh yang membuat pakaian terbakar secara bertahap, misalkan api rokok atau panas cahaya matahari.
Tubuh akan terbakar secara perlahan dalam waktu lama (beberapa jam), menyebabkan kerusakan pada tubuh tanpa merusak lingkungan sekitar.
Selain itu, dalam setiap tubuh manusia ada reaksi kimia setiap saat. Reaksi ini menghasilkan energi dalam bentuk panas, yang biasa disebut sebagai metabolisme basal. Namun, suhu yang dihasilkan dari metabolisme ini hanya cukup untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 36–37°C. Jauh dari cukup untuk menimbulkan api.
Beberapa bahan kimia dalam tubuh seperti metana dan gas usus memang bersifat mudah terbakar, namun produksinya sangat kecil dan tidak cukup untuk menimbulkan pembakaran besar dari dalam. (*)