TBIG Catat Pendapatan Rp3,45 Triliun di Semester I 2025, Siap Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 28 Triliun

Jakarta – Kabarkita.net  PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk. (TBIG), salah satu penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terkemuka di Indonesia, mencatat kinerja solid selama enam bulan pertama tahun 2025.

Dalam laporan keuangan interim yang dirilis pada Rabu (30/7/2025), TBIG membukukan pendapatan sebesar Rp3,451 triliun dan EBITDA sebesar Rp 2,972 triliun hingga 30 Juni 2025.

Jika dikalkulasi secara tahunan (annualized), pendapatan TBIG diperkirakan mencapai Rp 6,876 triliun, sementara EBITDA tembus Rp 5,959 triliun sepanjang 2025.

Per akhir Juni 2025, TBIG mengelola total 24.056 sites telekomunikasi, yang terdiri dari 23.945 menara dan 111 jaringan Distributed Antenna System (DAS). Total penyewaan mencapai 42.663, dengan tenancy ratio sebesar 1,78x, yang menunjukkan tingkat utilisasi menara yang tinggi di tengah kondisi industri yang dinamis.

CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, mengungkapkan bahwa perusahaan berhasil menambahkan 431 penyewaan baru selama semester I 2025, terdiri dari 236 sites baru dan 195 kolokasi.

“Pertumbuhan ini mencerminkan kondisi industri yang sedang bertransformasi akibat proses konsolidasi antar operator. Meski pasar bergerak, kami tetap menjadi penyedia infrastruktur utama dalam ekosistem digital nasional,” jelas Hardi.

Dari sisi struktur pendanaan, TBIG mencatat total pinjaman sebesar Rp29,055 triliun, dengan saldo kas per 30 Juni 2025 sebesar Rp799 miliar, menghasilkan net debt sebesar Rp28,256 triliun. Adapun net senior debt tercatat di angka Rp3,280 miliar.

Dengan menggunakan EBITDA kuartal II 2025 yang disetahunkan, rasio net debt terhadap EBITDA adalah 4,7x, sedangkan net senior debt terhadap EBITDA hanya 0,6x, menunjukkan struktur pembiayaan yang masih dalam batas wajar.

TBIG Siapkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 28 Triliun

Sebagai bagian dari strategi pembiayaan jangka panjang, TBIG berencana menerbitkan program obligasi baru senilai Rp20 triliun dan Sukuk Ijarah senilai Rp8 triliun. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan struktur permodalan perusahaan, sekaligus memperluas akses pendanaan berbasis Rupiah.

CFO TBIG, Helmy Yusman Santoso, menyatakan bahwa sekitar 50% dari total utang perusahaan saat ini sudah berbasis Rupiah, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap diversifikasi sumber pembiayaan dan perlindungan dari risiko kurs.

“Kami terus berupaya menjaga struktur permodalan yang efisien dan berkelanjutan. Akses ke pasar obligasi dalam negeri akan tetap kami optimalkan,” ujar Helmy.

Dengan performa keuangan yang stabil dan ekspansi berkelanjutan dalam infrastruktur digital, TBIG menegaskan posisinya sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan konektivitas nasional di era transformasi digital.