Anatolia, Kabarkita.net – Di Anatolia Tengah, Turki, terdapat bukti arkeologi termasyhur di dunia. Sebuah kota bawah tanah berbentuk labirin yang cukup rumit masih menyimpan misteri hingga hari ini. Para arkeolog memberi nama Kota Bawah Tanah Derinkuyu.
Kota ini tidak hanya memukau karena kedalaman dan kompleksitas strukturnya, tetapi juga karena sejarah panjang dan misteri yang menyelimuti. Derinkuyu menjadi simbol dari kemampuan luar biasa manusia kuno dalam beradaptasi terhadap tantangan lingkungan, sosial, dan politik.
Kota Derinkuyu diperkirakan telah dihuni sejak zaman kuno, bahkan beberapa ahli arkeologi meyakini bahwa sebagian dari sistem terowongan paling awal di wilayah ini telah ada sejak sekitar abad ke-8 SM. Penduduk pertama yang dipercaya membangun dan menggunakan sistem bawah tanah ini adalah orang Frigia, sebuah bangsa kuno yang mendiami wilayah Anatolia.
Namun, dalam perkembangannya, kota ini digunakan dan diperluas secara bertahap oleh berbagai peradaban, termasuk bangsa Persia, Romawi Timur (Bizantium), dan bahkan hingga era Ottoman. Dalam setiap fase sejarah, kota ini berfungsi sebagai tempat perlindungan—dari bencana alam, invasi, maupun penganiayaan agama.
Salah satu periode paling penting dalam sejarah Derinkuyu terjadi saat masa Kekristenan awal. Ketika agama Kristen masih dianggap ilegal oleh Kekaisaran Romawi, banyak umat Kristen yang melarikan diri ke wilayah Kapadokia, termasuk Derinkuyu.
Mereka memperluas jaringan terowongan untuk tempat tinggal, penyimpanan makanan, serta beribadah secara diam-diam. Derinkuyu kemudian menjadi simbol perjuangan dan keberlangsungan hidup komunitas Kristen awal.
Struktur Bak Labirin dan Arsitektur Yang Memukau
Derinkuyu adalah kota bawah tanah terdalam yang pernah ditemukan di Turki, dengan kedalaman mencapai sekitar 85 meter (lebih dari 18 lantai bawah tanah). Kota ini diperkirakan mampu menampung hingga 20.000 orang secara bersamaan, lengkap dengan ternak dan kebutuhan sehari-hari mereka.
Luas horizontal kota ini mencakup sekitar 445 km² dan terhubung dengan jaringan bawah tanah lain di wilayah Kapadokia melalui terowongan yang sangat panjang. Sistem ventilasi yang kompleks memastikan suplai udara yang cukup hingga ke lantai paling bawah.
Setiap lantai di Derinkuyu dirancang untuk fungsi tertentu. Beberapa ruangan yang telah ditemukan dan diidentifikasi antara lain:
- Tempat tinggal dan ruang keluarga
- Gereja bawah tanah
- Kandang ternak
- Dapur dan ruang makan
- Gudang penyimpanan makanan
- Tempat penyimpanan anggur dan minyak zaitun
- Penjara dan ruang penyiksaan (kemungkinan pada masa penjajahan atau pemerintahan keras)
Pintu-pintu antar ruang terdiri dari batu besar berbentuk bulat yang bisa digulirkan untuk menutup akses. Sistem pertahanan ini dirancang untuk melindungi dari ancaman luar tanpa membahayakan mereka yang ada di dalam.
Sekitar 52 saluran ventilasi ditemukan tersebar di seluruh kota. Saluran ini tidak hanya membawa udara segar ke dalam, tetapi juga memungkinkan pengeluaran gas dan asap dari dapur. Selain itu, terdapat sistem pengairan bawah tanah yang menghubungkan sumur dengan permukaan tanah—sumber air yang sangat penting saat kota sedang tertutup dari dunia luar.
Tempat Perlindungan dan Pusat Ibadah
Fungsi utama Derinkuyu adalah sebagai tempat perlindungan. Baik dari invasi bangsa Arab, serangan Mongol, hingga konflik antarsekte agama. Karena struktur tertutup dan sulit ditembus, kota ini bisa bertahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tanpa perlu keluar ke permukaan.
Di dalam Derinkuyu, penduduk menciptakan kehidupan yang nyaris mandiri. Mereka memiliki sistem distribusi makanan, sanitasi, air, tempat ibadah, dan bahkan sekolah. Beberapa arkeolog percaya bahwa kota ini mencerminkan bentuk awal dari sistem sosial komunal yang terorganisasi secara luar biasa.
Gereja-gereja bawah tanah yang ditemukan di Derinkuyu menunjukkan betapa pentingnya spiritualitas bagi penduduk kota ini. Ruang ibadah tersebut didesain dengan simbol-simbol khas Kristen awal seperti salib, dan sering kali berada di lantai yang cukup dalam demi keamanan.
Kota bawah tanah Derinkuyu menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan hingga kini. Beberapa di antaranya melahirkan teori-teori yang menarik, mulai dari yang ilmiah hingga spekulatif.
Meskipun ada konsensus bahwa kota ini dibangun secara bertahap oleh berbagai bangsa, beberapa peneliti independen berspekulasi bahwa Derinkuyu terlalu kompleks untuk dibangun oleh teknologi zaman kuno. Ada pula teori yang menyebutkan bahwa kota ini mungkin merupakan peninggalan dari peradaban prasejarah yang telah punah.
Selain sebagai tempat perlindungan, ada spekulasi bahwa Derinkuyu mungkin pernah menjadi tempat persembunyian dari bencana besar, seperti letusan gunung berapi, perang nuklir purba (teori pseudo-sains), atau bahkan kontak dengan makhluk asing.
Kota Derinkuyu bukan satu-satunya kota bawah tanah di Kapadokia. Terdapat lebih dari 200 kota bawah tanah lain, meski kebanyakan berukuran lebih kecil. Beberapa terowongan panjang dipercaya menghubungkan Derinkuyu dengan kota lain seperti Kaymakli, yang terletak sekitar 9 kilometer jauhnya. Namun, kondisi beberapa jalur tersebut kini sudah tertutup atau rusak.
Penemuan dan Restorasi
Derinkuyu ditemukan kembali secara tidak sengaja pada tahun 1963 oleh seorang penduduk lokal yang merenovasi rumahnya. Saat membongkar dinding ruang bawah tanah, ia menemukan sebuah lorong misterius yang mengarah pada ruangan bawah tanah yang luas. Penemuan ini segera menarik perhatian para arkeolog dan pemerintah Turki.
Setelah dilakukan penggalian dan pemetaan selama bertahun-tahun, sebagian kota bawah tanah Derinkuyu dibuka untuk umum pada tahun 1969. Saat ini, sekitar 10–15% dari seluruh kompleks telah dieksplorasi dan dibuka untuk wisatawan.
Setiap tahunnya, Derinkuyu menarik ribuan wisatawan dari seluruh dunia. Para pengunjung dapat menjelajahi lorong-lorong sempit, ruang bawah tanah, serta melihat langsung bagaimana kehidupan bawah tanah berlangsung di masa lalu.
Tur ke Derinkuyu sering dikombinasikan dengan destinasi lain di Kapadokia, seperti formasi batu unik di Göreme, balon udara di atas lanskap vulkanik, dan gereja-gereja batu di Lembah Ihlara.
Namun, ada tantangan besar dalam menjaga kelestarian Derinkuyu. Peningkatan jumlah wisatawan bisa menyebabkan kerusakan struktural, sementara perubahan suhu dan kelembaban mempercepat erosi dinding batu. Pemerintah Turki, bekerja sama dengan lembaga konservasi internasional, terus berupaya menjaga keutuhan situs ini melalui pembatasan pengunjung, pemeliharaan rutin, dan teknologi pemantauan. (*)