Rusia Dihantam Tsunami Setinggi 4 Meter Setelah Gempa 8,7 SR, 2 Warga Dilaporkan Hilang

Kamcharka,  Kabarkita.net Wilayah Rusia bagian timur dilanda bencana alam hebat setelah gempa bumi berkekuatan 8,7 skala Richter mengguncang pesisir Semenanjung Kamchatka, Rabu (30/7/2025) pagi waktu setempat.

Tak lama setelah gempa, gelombang tsunami setinggi hingga 4 meter menghantam sejumlah wilayah pesisir, menyebabkan kerusakan dan menimbulkan kepanikan warga.

Menurut laporan dari United States Geological Survey (USGS) dan Badan Geofisika Rusia, gempa terjadi pada pukul 06.28 waktu setempat dengan episentrum berada di kedalaman 25 km bawah laut, sekitar 150 km dari lepas pantai Petropavlovsk-Kamchatsky.

Badan Penanggulangan Darurat Rusia (EMERCOM) menyatakan bahwa gelombang tsunami pertama tiba sekitar 25 menit setelah gempa utama. Gelombang laut setinggi antara 2 hingga 4 meter menerjang kawasan pesisir seperti Ust-Kamchatsk, Nikolskoye, dan kawasan Teluk Avacha.

Beberapa rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan air laut naik secara cepat ke daratan, menyapu kendaraan, bangunan kecil, serta merusak infrastruktur pelabuhan.

Sirine peringatan tsunami sempat dibunyikan, namun banyak warga dilaporkan tidak sempat mengungsi jauh karena waktu yang terbatas antara gempa dan kedatangan gelombang.

“Kami hanya punya waktu sekitar 15 menit untuk lari ke tempat yang lebih tinggi. Ini kejadian yang sangat menakutkan,” kata Alexei Mikhailov, warga Petropavlovsk yang berhasil menyelamatkan diri bersama keluarganya.

Kerusakan dan Korban

Hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang Rusia melaporkan sedikitnya 27 orang luka-luka, 5 orang dinyatakan hilang, dan ratusan lainnya harus mengungsi ke tempat perlindungan darurat. Tim penyelamat masih melakukan pencarian dan evakuasi di beberapa desa terpencil yang terputus akibat kerusakan jalan dan jaringan komunikasi.

Juru bicara EMERCOM, Irina Smirnova, menyebutkan bahwa sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit kecil, serta pembangkit listrik lokal mengalami kerusakan sedang hingga berat.

“Kami fokus pada penyelamatan korban dan mendirikan pusat pengungsian darurat. Bantuan dari Moskow dan kota-kota besar lainnya sedang dalam perjalanan,” jelasnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin langsung menggelar rapat darurat dengan Badan Keamanan Nasional dan memerintahkan mobilisasi penuh aparat militer, tenaga medis, serta sukarelawan ke wilayah terdampak.

“Prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa dan memastikan logistik bantuan berjalan lancar,” ujar Putin dalam siaran langsung dari Kremlin.

Negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan juga mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah perairan Pasifik Utara, namun hingga kini belum ada laporan gelombang besar di negara-negara tersebut. Badan Meteorologi Jepang menyebut gelombang kecil sempat mencapai Pulau Hokkaido namun tidak menimbulkan kerusakan serius.

Ahli seismologi Rusia memperingatkan bahwa potensi gempa susulan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan. Masyarakat diimbau untuk tetap siaga dan tidak kembali ke rumah-rumah yang rusak hingga ada pernyataan resmi dari otoritas setempat.

Hingga kini, lebih dari 20 gempa susulan dengan kekuatan antara 4,5 hingga 6,2 SR telah tercatat pasca gempa utama. Listrik di sebagian wilayah pesisir juga masih padam, dan jaringan komunikasi hanya berfungsi terbatas.

BMKG Indonesia: Tidak Berpengaruh Langsung ke Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia turut memantau perkembangan situasi gempa dan tsunami di Rusia. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, peristiwa tersebut tidak berpotensi menimbulkan dampak langsung ke wilayah Indonesia.

“Wilayah Indonesia tetap aman. Gelombang tsunami yang terjadi bersifat lokal di sekitar kawasan Pasifik Utara,” ujar Daryono dalam pernyataan tertulis, Rabu siang.

Peristiwa gempa dan tsunami yang mengguncang Rusia hari ini menjadi pengingat bahwa kawasan Cincin Api Pasifik masih menyimpan potensi bencana besar. Upaya penyelamatan dan bantuan kemanusiaan terus berlangsung, sementara dunia internasional turut menyatakan simpati dan kesiapan membantu jika dibutuhkan. (*)